Senin, 07 Juli 2008

BETAWI punya gaye

Tradisi Palang Pintu

Bukti Kesungguhan mempelai Pria untuk menikahi sang pujaan hati

Pernikahan merupakan suatu acara yang sakral yang dikenang seumur hidup, bagi kebanyakan masyarakat betawi bulan syawal adalah bulan yang baik untuk menyelenggarakan pernikahan, dalam upacara adat pernikahan betawi banyak tahap yang harus dilalui, singkatnya, tahapan tersebut dibagi dua, yaitu pranikah dan hari H pernikahan, pada tahap pranikah tahapanya seperti: melamar, masa pertunangan, menentukan hari pernikahan, dan seserahan, sedangkan pada hari pernikahan diramaikan dengan tradisi buka palang pintu.

Melamar

Sebelum melamar calon isteri, seorang pemuda Betawi biasanya sudah melewati suatu proses yang dikenal dengan istilah ngedelengin; yaitu upaya mencari atau menemukan kesamaan missi dan visi antara seorang lelaki dengan seorang perempuan dalam rangka membina rumah tangga. Setelah seorang pemuda menetukan calon istrinya, pihak keluarga pemuda mendatangi keluarga si gadis. Ada pun yang dikirim sebagai utusan biasanya keluarga dekat sebanyak dua sampai tiga orang. Jarang sekali orang tua pemuda melamar sendiri.


Bawaan yang dibawa pada waktu melamar adalah pisang sebanyak dua tiga sisir, roti tawar empat buah, dan dua tiga macam buah. Semua bawaan ditempatkan di piring besar atau nampan. Bawaan biasanya tampak terbuka yang merupakan tanda melamar supaya orang dapat mengetahui bahwa saat itu ada upacara melamar pengantin.

Masa Pertunangan

Setelah lamaran diterima pihak si gadis, pertunangan menjadi tahap berikutnya. Tahapan ini ditandai dengan diadakannya acara mengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak pemuda ke rumah pihak sigadis.


Dalam masa pertunangan bukan berarti si gadis dan si penuda bebas bertemu. Di antara mereka masih terdapat batas-batas hubungan yang berdasarkan pada ajaran agama dan sopan santun. Mereka tidak boleh bepergian tanpa ada yang ikut menyertai dari pihak keluarga di gadis.

Menentukan hari perkawinan

Untuk menentukan hari perkawinan dicari hari dan bulan yang baik serta saat-saat dimana segenap keluarga ada dalam keadaan selamat, sehat wal afiat. Pihak laki-laki mengirim utusan ke rumah keluarga si gadis, untuk membicarakan dan menentukan hari pernikahan juga menanyakan apa yang diminta keluarga si gadis sebagai persyaratan. Seperti jumlah mas kawin, peralatan yang dibawa, dan jumlah uang belanja.Setelah hari perkawinan ditentukan, beberapa hari sebelumnya pihak pemuda mengantar peralatan yang telah ditentukan.

Seserahan

Sehari sebelum upacara perkawinan dilangsungkan, diadakan suatu acara yang disebut seserahan. Seserahan adalah suatu upacara mengantar bahan-bahan yang diperlukan untuk keperluan pesta pada keesokan harinya dari pihak si pemuda. Antaran tersebut berupa beras, ayam, kambing, daging, sayur-mayur, bumbu-bumbu dapur, dan sebagainya. Upacara seserahan merupakan kewajiban bagi pihak keluarga pengantin laki-laki untuk membantu keperluan pesta yang akan berlangsung di rumah calon isteri.


Sementara itu, calon pengantin wanita mulai dipingit di rumah dan dirias, serta dihibur oleh orang-orang tua khususnya kaum ibu. Selain menghibur calon pengantin wanita, kaum ibu juga memberi berbagai nasihat sebagai bekal bagi kelangsungan hidup calon penganten tersebut.

Buka Palang Pintu

Pada hari pernikahan dilakukan adat yang sangat unik yaitu buka palang pintu, acara ini menggambarkan upaya keras mempelai laki-laki untuk menikah dengan sang pujaan hati. Yang terdiri dari pertarungan silat dan unjuk kebolehan mengaji. Uniknya, setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria.

Pernikahan biasanya diadakan di rumah mempelai wanita, karena itu upacara pernikahan diawali dengan arak-arakkan calon pengantin pria menuju ke rumah calon istrinya. Dalam arak-arakan itu, selain iringan rebana ketimpring juga diikuti barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian. Selain itu, perlengkapan kamar pengantin yang berat seperti tempat tidur serta lemari juga dibawa dalam prosesi arak-arakkan.


Di dalam rombongan, tidak ketinggalan kedua orang tua calon pengantin pria turut serta. Selain itu ada juru bicara, qori, dan seorang guru agama. Akhirnya rombongan tiba di rumah calon pengantin perempuan. Namun, tidak semudah itu calon pengantin pria dapat menemui pasangannya. Para jagoan calon pengantin pria harus melawan jagoan wanita dan mengalahkannya. Para penjaga pintu mempelai wanita kemudian membuka percakapan dengan sejumlah pantun. Selanjutnya, perwakilan mempelai pria membalas pantun tersebut. Setelah itu, seorang wakil pengantin perempuan menantang adu silat salah satu orang dari pihak lelaki.


Acara berlanjut dengan pelaksanaan akad nikah. Kemudian dilanjutkan dengan penjemputan pengantin wanita. Pengantin pria memberikan seserahan dan sirih dare yang di dalamnya berisi uang, gambir, pala, kapur, serta pinang dan membuka cadar pengantin wanita. Barang-barang tersebut melambangkan pahit, getir, dan manisnya kehidupan berumah tangga. Dengan kata lain, suami istri harus bisa menerima suka dan duka dari sebuah perkawinan.


Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan. Berdasar silsilah zaman dahulu, pada dasarnya Betawi didominasi dua budaya tersebut, selain tentunya Portugis dan etnis lainnya seperti Sunda.

(berbagai Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar