Sabtu, 11 April 2009

"kotak suara" mahasiswa

“kotak suara” mahasiswa

Teringat pemilu 9 april, memilih, menyonteng, memasukkan suara ke dalam kotak suara.. kenapa kaleng besi itu disebut kotak suara, mungkin, karena ke dalam kotak itulah suara pilihan kita disimpan dan disalurkan kemudian disahkan siapa yang menjadi wakil kita di pemerintahan selanjutnya.

Di pintu masuk/keluar market, biasanya ada “kotak saran”, kotak yang dibuat khusus untuk menampung suara, keluhan, dan opini costumer. Lagi-lagi, ini adalah masalah untuk mengemukakan pendapat, berharap suaranya didengar. (tapi sayang.. kenapa di masjid Cuma ada kotak amal ya… seharusnya disediakan pula kotak suara/saran, dengan begitu.. sy dapat menyuarakan pendapat untuk mengatakan.. JANGAN MEROKOK DI LINGKUNGAN MASJID) :D

Liburan 4 hari ini, hampir membuatku lupa tugas penting, mengoreksi mid tes, ada hal yang sangat menarik… lembaran soal yang sengaja dikembalikan ternyata berfungsi pula sebagai “kotak suara” mahasiswa.. bagaimana???

Dua lembaran itu terdiri dari enam soal yang berarti enam paragraph yang mesti diterjemahkan, 2 jam waktu mengerjakan soal mid tes itu, tak cukup untuk menyelesaikan seluruhnya.. ini telihat dari jawaban mereka, dan… ak terkejut ketika mendapatkan tulisan salah satu dari mereka.. begini tulisannya هل هنا موجود السؤال التي شعبة كما؟ “Hal Hunaa Maujud al-Su’al al-latii sya’bah Kaman?”.. pertama melihat tulisan ini, ak prihatin karena kemampuan berbahasanya tidak setinggi tingkat semesternya. Karena jelas terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan serta stuktur kalimatnya. –mungkin kau tau itu---. Selain itu ak tersadar, bahwa tulisan itu bukan untuk dikoreksi kesalahanya. Namun, tulisan itu adalah suara, jeritan, mahasiswa yang tertuangkan dalam “kotak suaranya” yang berbentuk soal ujian.

Tak cukup sekali baca untuk memahami maksud tulisan itu. Dan akhirnya ak faham bahwa maksudnya adalah “Apa ada soal yang lebih susah lagi?” .. hmm.. kata-kata yang penuh arti.. bukan kawan.. ini bukan berarti dia mampu mengerjakan soal dan menganggap soalnya mudah. Namun ini karena dia “kewalahan” menjawab soalnya..

Susahkah soalnya??? Dari enam soal terjamah tersebut, hanya satu yang merupakan materi baru, seluruhnya adalah materi yang pernah dibahas di kelas, bahkan menjadi tugas mereka untuk melengkapi materi2 yang belum diselesaikan.. dan lagi-lagi mereka tidak mengerjakan tugas sepenuhnya. Wajarkah? Hmm.. tak ada yang ingin merugikan orang lain.. terkadang diri ini sendiri yang melakukan hal2 merugikan.. tapi kita tak hentinya mencari “kambing hitam”.

Ya.. itulah soal ujian yang berubah menjadi “kotak suara” mahasiswa.. adakah cara lain atau barang lain yang diubah menjadi “kotak suara” mahasiswa??? Hmm.. bgm dengan dinding.. bangku.. meja yang dicoret2.. ak pikir itu bentuk lain dari “kotak suara” mahasiswa. Cara unik mengekspresikan suara/pendapat ala mahasiswa… its actually unforgettable moment.

Last, ak doakan.. semoga UAS nanti kalian dapat mengerjakan soal dengan lebih baik.. dan lulus sesuai dengan usaha masing2 ^_^. insya Allah

Rabu, 08 April 2009

Dongeng dan Kepribadian Bangsa

Hmm… jauh-jauh berangkat ke kampus, tiba di kampus, dosen Cuma masuk kelas sebentar dengan alasan yang mendesak.. yup mengisi waktu luang ku tuliskan ini… (tulisan yang lama menggantung ,, menjerit minta diselesaikan)..

Kawan, tepat di belakang kampusku ada situ gitung, yang belakangan ini ramai dibicarakan orang. Danau atau tepatnya bendungan tua yang dijadikan tujuan rekreasi itu kini tinggal luluh lantah, kering.. jebol, memberikan kenangan buruk bagi banyak orang.

Laillaha Illalllah… Allahu Akbar.. kalimat-kalimat suci tak henti dikumandangkan mereka yang mengalami langsung musibah itu, bahkan aku yang menyaksikan dari jauh, ku rasakan jua kepedihan itu. Kawan, entah sebesar apa penderitaanmu, namun, doa ku: semoga keihklasan menghadapi ujian ini menjadikan amal saleh yang memberatkan timbangan kebaikan.Amiin.

Spekulasi, analisa, mencari sebab berbagai bencana yang sangat mengerikan, tujuannya tentulah untuk mengambil pelajaran agar tidak terulang lagi.. semoga tidak ada yang hanya bertujuan menghitamkan kambing (mengkambing hitamkan) pihak tertentu. Namun sayang, sudah banyak bencana terjadi, tetapi tidak ada reaksi yang jelas dari semua pihak. Bukankah sudah jelas terlihat.. perilaku manusia yang tidak bersahabat dengan lingkungan adalah pintu bencana-bencana itu, pohon2 ditebangi, hutan digunduli, laut dicemari.. ulah siapa itu??? Ditambah lagi mereka yang menyalahgunakan wewenangnya..

Menjaga lingkungan adalah tugas manusia bersama, manusia yang ketika dilahirkan tidak dengan keadaan kosong, ia lahir dan menemukan lingkungan dan kekayaannya. Kenapa Apakah itu karena bawaannya atau karena “sesuatu” yang membentuknya?

Kawan, Masih ingatkah dongeng “si kancil anak nakal”.. entah mengapa dan bagaimana dongeng itu tercipta, tapi yang saya rasakan masyarakat kita sekarang ini telah menjelma menjadi “kancil-kancil” seperti dikisahkan dalam dongeng, mencuri uang rakyat, mencuri-curi kesempatan di lampu merah, mencuri-curi peluang saat ujian.. masih ingat lirik lagu nya? “ Si kancil anak nakal, suka mencuri ketimun, ayo lekas dikurung jangan diberi ampun”…. Oooooh,,,, inikah sebab kenapa orang-orang berani menghukum sendiri pencopet yang ditangkapnya?? “MENGhukum tanpa Memberi ampun”…. Inikah yang menjadi mental kita selama ini??? Lagu ini banyak dinyanyikan anak-anak hingga kata-kata itu tertanam dalam benak masing-masing.

Lain lagi kisah “Nyi Roro Jongrang” yang menginginkan 1000 candi dibangun hanya dalam satu malam. Menginginkan sesuatu dengan jalan pintas. Adakah ini juga menjadi kepribadian bangsa kita?? Menginginkan usaha yang mapan, mendirikan real estate,, cara singkat… mengubah fungsi hutan, rawa menjadi perumahan, tanpa memperhitungkan dampaknya..

“Ku kutuk kau jadi batu…” legenda malin kundang yang mendurhakai ibunya, adakah itu menjadikan kutuk mengutuk rasanya tidak asing lagi didengar di kalangan masyarakat.. sumpah serapah akrab ditemui dalam lingkungan terdekat..

Dongeng termasuk dari budaya lisan yang diwariskan dari generasi kita sebelumnya. Seperti peribahasa yang diwariskan secara lisan pula, tentu ada nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh generasai sebelum kita. Tentunya yang ingin diwariskan adalah nilai-nilai positif.. dan sekarang bagaimana kita menyikapi serta menilai dongeng-dongeng tersebut???.. mari bentuk dan bangun kepribadian bangsa yang lebih baik lagi.. Insya Allah..